Gaza Gelar Festival Film: Kirim Pesan Pentingnya Perdamaian Dunia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Gaza, Gatra.com – Film-film hak asasi manusia, yang diproduksi oleh sutradara film Palestina, Arab dan internasional, akan diputar selama tiga hari selama Festival Karpet Merah untuk Film Hak Asasi Manusia, yang dimulai di Kota Gaza pada hari Senin (26/11).

Penyelenggara festival mengatakan mereka ingin memberitahu dunia bahwa itu “cukup untuk 12 tahun blokade Israel dan cukup untuk 12 tahun situasi Palestina, sehingga menyebabkan sekitar 2 juta orang Palestina berada dalam hidup yang sangat sulit.”

Kantor berita Xinhua, sebuah spanduk merah besar ditempatkan di atas gerbang pintu masuk teater, di gedung Masyarakat Bulan Sabit Merah.

Montaser al-Sabe’a, direktur eksekutif festival tersebut, mengatakan bahwa lusinan film dari Palestina, negara-negara Arab dan seluruh dunia turut bergabung dengan festival tersebut. 50 film telah dipilih untuk diputar selama festival.

“Judul festival tahun ini adalah ‘Bekaffi’ yang berarti cukup, cukup untuk kelanjutan status yang melanggar martabat Palestina dan masa depan anak-anaknya,” kata al-Sabe’a, menambahkan bahwa “melalui sinema, ingin memberitahu dunia bahwa mereka ingin hidup normal seperti orang lain. ”

Sejumlah penonton yang berjalan di atas karpet merah dan mengambil tempat duduk di teater di Red Crescent Society, mengungkapkan kebahagiaan karena mengadakan festival di Jalur Gaza.

Abdul Rahman Husein, direktur festival film menyatakan bahwa “Antara Dua Titik Persimpangan”, merupakan judul film pertama yang diputar pada hari Senin. Dalam film itu digambarkan bagaimana penderitaan orang-orang di Jalur Gaza ketika berada di titik persimpangan perbatasan Israel atau dengan Mesir.

Sutradara film itu, Yasser Murtaja, yang juga kamerawan dan pembuat film, telah ditembak mati oleh tentara Israel di Gaza Timur, karena ia meliput pawai anti-Israel yang dimulai di Jalur Gaza timur dekat dengan berbatasan Israel pada 30 Maret lalu.

Husein mengatakan bahwa “pesan tahun lalu dari festival itu adalah untuk memberitahu dunia bahwa penduduk Jalur Gaza tidak suka mati. Mereka mencintai kehidupan terlepas dari kehancuran massal yang disebabkan oleh perang Israel. Mereka dapat menemukan ruang untuk dapat menikmati tontonan film.”

Film-film yang hadir di festival juga termasuk film dokumenter dan animasi. Film-film tersebut akan diputar di puluhan sekolah dan pusat budaya di seluruh Jalur Gaza.

Samah Ibrahim, seorang ibu Palestina berusia 37 tahun yang memiliki empat anak dari Gaza, mengatakan bahwa dia sengaja datang ke festival bersama anak-anaknya karena belum pernah ke bioskop sebelumnya, dan ingin bergabung dalam acara tahunan ini.

“Acara ini berbeda untuk saya. Ini membantu orang keluar dari situasi yang mengerikan dan menyedihkan, yang mana orang-orang di sini, di Gaza sedang melewati,” katanya, menambahkan “Saya suka festival ini dan film-film dengan layar besar dengan tokoh besar di belakangnya.”

Tiga puluh tahun yang lalu, ada 10 teater di Jalur Gaza, namun sejak awal Intifada Palestina pertama atau pemberontakan melawan Israel, yang pecah pada tahun 1987, teater-teater ditutup. Beberapa sutradara film sekarang berusaha menghidupkan kembali gagasan bioskop di Gaza.

“Saya percaya itu adalah hak orang Jalur Gaza untuk bernafas, untuk merasa bebas dan untuk mengakhiri situasi di Palestina saat ini, yang merusak semua aspek kehidupan,” kata Sa’ed Sweirki, salah satu penyelenggara festival.

“Pesan kami sangat jelas bahwa Gaza memiliki kemampuan untuk hidup dalam damai jauh dari perang dan kesengsaraan.”


RED CARPET

Red Carpet Human Rights Film Festival “Red carpet HRFF” is a festival for short and long narrative and documentary films will be held in Gaza Strip to highlights human rights issues, mainly in Palestine and generally all over the world.

Latest News

Follow us

Close Menu